FRASA.ID, SAMARINDA- Kegiatan literasi bertajuk Diskusi Buku Perang di Samarinda digelar di Aula Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Samarinda, Jalan Kusuma Bangsa.
Forum yang membahas sejarah lokal ini selain menghadirkan narasumber sejarawan Muhammad Sarip, juga menampilkan pembicara dari unsur publik pembaca, yaitu Nanda Puspita Sheilla.
Pengurus Daerah GPMB (Gerakan Pemasyarakatan Minat Baca) Kota Samarinda sebagai penyelenggara acara ini, bermaksud memberikan ruang bicara publik kepada generasi muda mengenai pengajaran sejarah yang dialami di sekolah.
Nanda pun mengaku antusias membaca karya sejarah bertema Samarinda karena ia mengaku tidak mendapatkan pengetahuan sejarah lokal di bangku sekolah.
“Saya lahir di Samarinda. Orangtua saya orang Samarinda. Jadi, saya merasa perlu mengetahui sejarah Kota Samarinda. Buku yang ditulis oleh Bang Sarip ini saya baca dalam sehari langsung selesai,” ujar Nanda, Rabu (25/10/2023).
Perempuan yang berprofesi sebagai pegawai swasta itu mengungkapkan, ternyata setelah Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, tidak seluruh wilayah Indonesia yang merdeka.
“Cuma tentara Jepang yang angkat kaki dari Indonesia. Sedangkan Belanda kembali menduduki wilayah Nusantara, termasuk juga di Samarinda,” papar Nanda.
Sementara itu, Sarip mengungkap, dirinya perlu waktu bertahun-tahun untuk roses rekonstruksi sejarah Revolusi Kemerdekaan di Samarinda.
“Perjuangan Indonesia Merdeka di Samarinda itu merupakan proses yang holistis. Perjuangan tidak semata dengan gerakan bersenjata api dan bersenjata tajam, tetapi juga sinergi lintas elemen dengan taktik politik, pendidikan, media pers, tulisan, dan sektor lainnya.
Buku karya Sarip berjudul lengkap Perang di Samarinda: Sejarah Perjuangan Indonesia di Ibu Kota Kalimantan Timur 1945–1949.
Buku ini terbit tahun 2023 dan diberi kata pengantar oleh salah satu pimpinan tinggi madya Otorita Ibu Kota Nusantara, Dr Myrna A Safitri, yang juga cucu seorang pejuang dari Samarinda.
Ketua GPMB Samarinda yang juga Wakil Wali Kota Samarinda Dr Rusmadi Wongso turut menjadi pembicara yang membedah isi buku. Unsur pustakawan Inui Nurhikmah juga mempresentasikan ulasannya terhadap buku tersebut.
Selanjutnya, Muhammad Sarip selaku penulis sejarah siap tampil menjawab pertanyaan dari moderator dan audiens. Forum ini juga memungkinkan dialog antarsesama narasumber.
Diskusi dipandu oleh Salasmita, jurnalis sebuah media. Acara dibuka dengan sambutan Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dispursip) Erham Yusuf, MPd dan Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Samarinda Dr Asli Nuryadin. Hadir pula Sekretaris Komisi IV DPRD Samarinda, Deni Hakim Anwar.
Peserta beragam dari kalangan guru, mahasiswa, pegiat komunitas, jurnalis, penulis, dan masyarakat umum. Seluruh peserta yang hadir mendapatkan buku cetak gratis. (ADV)