FRASA.ID, KUTAI KARTANEGARA– Pemerintah Desa Embalut, Kecamatan Tenggarong Seberang, melalui kepemimpinan Kepala Desa Yahya, berhasil mengubah 200 hektare lahan bekas tambang menjadi kawasan pertanian yang produktif.
Dengan visi yang jelas untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan menjaga kelestarian lingkungan, Desa Embalut kini dikenal sebagai penghasil jagung unggul yang terus berkembang.
Desa yang sebelumnya dikenal dengan lahan yang terkontaminasi dampak aktivitas pertambangan ini, kini telah menjadi model pemanfaatan lahan pasca-tambang yang sukses.
“Kami memanfaatkan lahan ini untuk menanam jagung dengan bibit unggul dari Jawa yang mampu menghasilkan hingga empat hingga lima tongkol per tanaman. Bibit ini sudah disalurkan ke petani di sini,” ungkap Yahya, Senin (24/3/2025).
Keberhasilan ini tidak terlepas dari dukungan Pemerintah Daerah Kutai Kartanegara yang memberi izin untuk mengubah lahan bekas tambang menjadi area pertanian.
“Dukungan pemerintah daerah sangat penting untuk mengamankan program ini, dan memberikan kesempatan bagi kami untuk membangun sektor pertanian secara mandiri,” ujar Yahya.
Meskipun tantangan cuaca sempat menjadi hambatan, hasil panen jagung Desa Embalut tetap stabil berkat pengenalan teknik pertanian modern dan pendampingan dari kelompok tani.
Para petani diberi pelatihan untuk meningkatkan keterampilan mereka, termasuk dalam pengelolaan tanah dan irigasi yang efisien.
Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi oleh para petani adalah kesulitan menjual hasil panen karena terbatasnya pasar.
Namun, kerja sama dengan pemerintah desa dan sektor swasta telah meningkatkan permintaan jagung dari Desa Embalut, bahkan hingga ke pasar regional. “Kini hasil panen kami sudah tidak hanya memenuhi kebutuhan lokal, tapi juga sudah dilirik oleh distributor dan pabrik pakan ternak,” tambah Yahya.
Tidak hanya menghasilkan keuntungan ekonomi, program ini juga memberikan dampak positif terhadap lingkungan. Kawasan bekas tambang yang sebelumnya dianggap tidak produktif kini telah mengalami revitalisasi, menjadi lahan hijau yang mendukung ketahanan pangan dan keberlanjutan ekosistem.
“Lahan yang dulunya tidak terpakai kini menghasilkan banyak manfaat. Program ini juga menciptakan lapangan kerja baru bagi warga desa, terutama mereka yang terdampak setelah berakhirnya aktivitas tambang,” jelas Yahya.
Desa Embalut juga berencana untuk memperluas area pertanian jagung dan mengembangkan tanaman lain yang cocok untuk lahan bekas tambang, seperti kedelai dan sorgum, yang juga memiliki nilai ekonomi tinggi.
“Kami ingin terus berinovasi, memperkenalkan lebih banyak tanaman yang bermanfaat, dan terus mengoptimalkan potensi lahan yang ada,” ungkap Yahya.
Ke depannya, Desa Embalut berharap program ini bisa menjadi contoh bagi desa-desa lain di Kutai Kartanegara maupun daerah lain yang memiliki lahan bekas tambang.
Yahya mengingatkan bahwa pemanfaatan lahan pasca-tambang tidak hanya mendukung keberlanjutan ekonomi tetapi juga upaya pelestarian lingkungan.
“Kami ingin menunjukkan bahwa lahan bekas tambang bukanlah akhir, melainkan awal dari sesuatu yang baru dan lebih bermanfaat. Dengan kerja keras dan kolaborasi, tantangan ini bisa menjadi peluang,” tutup Yahya dengan optimisme.
Program revitalisasi lahan bekas tambang di Desa Embalut menjadi bukti bahwa dengan kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta, sebuah kawasan yang sebelumnya terabaikan bisa diubah menjadi aset yang produktif dan berkelanjutan.
Dengan mengoptimalkan potensi lahan yang ada, Desa Embalut kini tidak hanya meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya tetapi juga memberikan contoh nyata tentang pengelolaan sumber daya alam yang bijaksana.(adv/diskominfokukar)