Jembatan Kutai Kartanegara, Jembatan ke-Enam yang Aplikasikan Teknologi SHMS

Tenggarong– Jembatan Kutai Kartanegara dalam waktu dekat akan dilengkapi dengan alat Structural Health Monitoring System (SHMS).

Dinas Pekerjaan Umum (PU) Kabupaten Kutai Kartanegara telah menyiapkan anggaran senilai Rp8,5 miliar untuk memasang alat tersebut pada tahun 2023.

SHMS atau Sistem Monitoring Kesehatan Struktur (SMKS) merupakan metode pemantauan kondisi kesehatan struktur jembatan secara terus menerus dan real time.

Keberadaan SHMS juga menjadi syarat wajib dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) untuk memastikan keamanan jembatan.

SHMS merupakan metode yang paling populer untuk mendeteksi kerusakan pada jembatan dengan menggunakan alat instrumentasi untuk mendeteksi aksi-aksi pada struktur.

Baca juga  Luncurkan Beasiswa Indonesia Emas Daerah, Pemkab Kutim Kerjasama dengan 7 PTN

Bila alat tersebut sudah dipasang, maka Dinas PU Kukar tidak lagi harus melakukan pengujian, baik statis maupun dinamis.

“Kalau jembatan bentang lebar dan besar memang dipersyaratkan untuk memasang namanya sistem keselamatan jembatan atau SHMS,” kata Kepala Bidang Bina Marga DPU Kukar, Restu Irawan, Sabtu (10/6/2023).

Restu menambahkan, dengan terpasangnya alat SHMS, maka secara periodik akan tercatat kondisi jembatan tersebut dan terpantau jelas kondisi jembatan.

Karena kehadirannya sangat berhubungan dengan uji laik jembatan, ketika tidak memenuhi kelayakan, maka akan dilakukan pengujian.

Sensor SHMS ini sudah diaplikasikan pada lima jembatan lainnya di Indonesia.

Di antaranya Jembatan Pulau Balang, Jembatan Suramadu, Jembatan Ir Soekarno di Manado, Jembatan Merah Putih Ambon, dan Jembatan Musi IV di Palembang.

Baca juga  Jalan Menuju Fasilitas Layanan Publik di Kota Bangun Darat Ditingkatkan Tahun Depan

“Memudahkan pemantauan berupa sensor gerak untuk pengukuran beban (pada jembatan),” kata Restu.

Sebagai informasi, jembatan Kutai Kartanegara adalah jembatan yang melintang di atas Sungai Mahakam.

Jembatan ini menghubungan Kota Tenggarong dengan Kecamatan Tenggarong Seberang yang menuju ke Kota Samarinda.

Jembatan yang dibangun pada 1995 dan selesai pada 2001 dengan menghabiskan dana sebesar 150 miliar.

Namun pada 26 November 2011, Jembatan Kutai Kertanegara mengalami ambruk. Saat ambruk, Jembatan Kutai Kartanegara masih berumur 10 tahun.

Akibatnya, sejumlah kendaraan yang melintas di atasnya tercebur ke Sungai Mahakam dan menewaskan sejumlah orang dan puluhan luka-luka.

Baca juga  Proyek Jumbo Dinas PU Kukar Ditarget Rampung 100 Persen

Keterangan BPBD Kalimantan Timur saat itu, runtuhnya jembatan disebabkan karena tali atau kabel penahan jembatan yang tiba-tiba putus secara berantai.

Proses runtuhnya jembatan pun berlangsung hanya 30 detik. Insiden nahas ini pun menjadi pembelajaran bagi Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara.

Saat berhasil dibangun kembali dan rampung pada 2015 silam. Jembatan Kutai Kartanegara pun rutin mendapat perawatan intensif.

Hal tersebut dilalukan Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara untuk mengantisipasi kejadian serupa. Salah satu upaya yang dilakukan juga dengan memasang teknologi SHMS pada tahun ini.

Bagikan: