Loa Ipuh Sulap Lahan Tidur Jadi Ladang Harapan

FRASA.ID, KUTAI KARTANEGARA-Di balik semak belukar dan rerumputan liar, harapan baru kini tumbuh di Kelurahan Loa Ipuh. Lahan-lahan yang selama ini tak tersentuh, kini perlahan disulap menjadi ladang pangan yang menjanjikan masa depan—bukan hanya untuk perut warga, tapi juga untuk ekonomi keluarga.

Urbanisasi dan keterbatasan lahan produktif tak membuat Loa Ipuh menyerah. Justru dari keterbatasan itu, semangat baru menyala. Lurah Loa Ipuh, Erri Suparjan, menyebut bahwa langkah ini bukan sekadar proyek pertanian.

“Ini gerakan kolektif. Ini strategi jangka panjang untuk memperkuat ketahanan pangan dan membuka peluang ekonomi nyata,” tegasnya, Rabu (19/3/2025).

Baca juga  Perpustakaan Anak Kaltim: Destinasi Favorit Anak-anak, Tapi Masih Ada Ruang untuk Ditingkatkan

Puluhan bahkan ratusan meter lahan yang dulu tak terjamah, kini mulai dicangkul, disiram, dan ditanami.

Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara pun turun tangan, mengalirkan dukungan lewat prasarana penunjang, termasuk sistem irigasi yang memungkinkan tanah kering menjadi subur kembali.

Musrenbang menjadi saksi semangat warga. Tak hanya kelompok tani, anak muda, ibu rumah tangga, hingga para ketua RT ikut bersuara: lahan kosong harus hidup kembali. Dari sinilah babak baru pertanian Loa Ipuh dimulai.

Erri tak menampik tantangan besar: bagaimana membuat anak muda jatuh cinta pada pertanian. “Pertanian itu bukan kuno, asal bisa disentuh teknologi,” katanya mantap.

Baca juga  Cegah Keluhan Kesehatan Saat Pilkada, Dinkes Kutim Siapkan Suplemen

Ia membayangkan pertanian dengan sentuhan modern—drone yang terbang di atas sawah, sensor tanah yang terhubung ke smartphone, dan pemasaran hasil panen lewat e-commerce.

Dengan pelatihan dan pendampingan yang tepat, ia yakin pertanian bukan sekadar bertani—tetapi berwirausaha.

Kelurahan Loa Ipuh sedang membuktikan bahwa pertanian bukan hanya urusan musim tanam dan panen. Ini tentang masa depan. Tentang anak-anak muda yang bisa mandiri.

Baca juga  Perpustakaan Kaltim Simpan Koran Tertua Sejak 1970-an

Tentang warga yang tak lagi mengandalkan kerja kasar di luar daerah. Tentang ibu rumah tangga yang bisa ikut menanam sayur di pekarangan untuk dijual secara daring.

Erri bahkan membayangkan lebih jauh: koperasi pangan, kelompok tani milenial, hingga agrowisata lokal yang bisa menarik wisatawan datang.

Semua itu, katanya, bisa dimulai dari keberanian menyentuh tanah yang dulu dianggap mati. “Lahan tidur itu bukan lahan mati. Ia hanya menunggu tangan yang tepat untuk menghidupkannya kembali,” tutup Erri.(ADV/DISKOMINFOKUKAR)

Bagikan: