FRASA.ID, KUTAI KARTANEGARA – Di tengah denyut kota yang terus bertumbuh, sebuah ruang baru hadir bak oase yang menyejukkan jiwa. Taman Tanjong, yang dulunya hanya sebatas harapan di atas kertas, kini berdiri megah dan menawan sebagai paru-paru baru di jantung Kota Tenggarong.
Tepat sebelum libur panjang Idulfitri 1446 H, taman ini resmi dibuka untuk umum—mengundang tawa anak-anak, langkah santai keluarga, dan semilir angin sore yang mengusap lembut wajah para pengunjungnya.
Setelah dua tahun pembangunan bertahap dan kerja sunyi dari berbagai pihak, taman yang berada dalam satu kawasan dengan Taman Titik Nol ini kini menjadi magnet baru kota.
Rumput sintetis hijau terhampar rapi, menjadi medan permainan dan tawa riang bocah-bocah, sementara para orang tua bersantai di bangku-bangku taman, menikmati kebahagiaan sederhana yang selama ini dinanti.
“Taman Tanjong ini sudah kami buka untuk masyarakat. Walaupun belum sempurna, kami sudah serahkan pengelolaannya ke DLHK agar dapat dimanfaatkan dengan baik,” kata Wiyono, Kepala Dinas PU Kukar, Sabtu (5/4/2025).
Bukan hanya ruang, taman ini adalah simbol. Simbol kemajuan kota yang tak melupakan ruang hidup warganya. Simbol perhatian bahwa pembangunan bukan semata beton dan aspal, melainkan juga tentang memberi ruang untuk bernapas, bermain, dan terhubung.
Wiyono menegaskan bahwa pembangunan taman dilakukan secara bertahap dengan anggaran yang tersebar dalam dua tahun terakhir. Meski belum sepenuhnya rampung, keputusan untuk membukanya menjadi bentuk kepekaan terhadap kebutuhan masyarakat.
“Daripada dibiarkan kosong dan terbengkalai, lebih baik kami fungsikan dahulu. Sambil berjalan, perbaikan akan terus dilakukan,” ujarnya.
Kini, Taman Tanjong menjadi lebih dari sekadar taman. Ia adalah ruang tumbuhnya rasa memiliki. Ruang untuk mempererat komunitas. Ruang untuk pulih dari penatnya rutinitas harian. Sebuah wajah baru Kota Tenggarong yang lebih hijau, lebih ramah, lebih manusiawi.
Dengan pengelolaan yang kini dipegang DLHK, taman ini diharapkan terus hidup, terjaga, dan berkembang. Tidak hanya sebagai destinasi wisata, tapi juga sebagai tempat di mana kenangan tumbuh, tawa berakar, dan harapan bermekaran. (*)