Menyalakan Bara Kemandirian, Kukar Bangun Pabrik Minyak Makan Merah

FRASA.ID, TENGGARONG – Dari sebuah lahan rawa di Desa Kelekat, Kecamatan Kembang Janggut, harapan besar tengah disemai. Bukan sekadar proyek fisik, tetapi simbol perlawanan terhadap ketergantungan.

Pabrik Minyak Makan Merah pertama di Kukar siap dibangun—dan menjadi obor baru bagi kemandirian industri pangan di Kalimantan Timur.

Empat tahun ke depan, jika semua berjalan sesuai rencana, sebuah industri bernilai strategis akan berdiri kokoh.

Sebuah fasilitas yang akan mengolah sawit Kukar—yang selama ini hanya dijual mentah—menjadi minyak sehat dan bernutrisi tinggi untuk kebutuhan masyarakat sendiri.

“Ini bukan sekadar pabrik, ini tentang bagaimana kita mengubah nasib sektor sawit dari hulu sampai hilir,” ujar Sayid Fatullah, Plt Kepala Disperindag Kukar, Selasa (8/4/2025).

Sayid menyadari: membangun pabrik minyak makan merah bukan pekerjaan ringan. Prosesnya panjang, medannya menantang. Tapi manfaatnya tak ternilai.

Baca juga  9 Juli 2023, Desa Batuah Bakal Gelar Event Buah Lai

Dengan kandungan vitamin A dan E yang tinggi, tanpa proses rafinasi, minyak makan merah hadir sebagai alternatif sehat sekaligus lebih murah daripada minyak goreng komersial.

Sebuah jawaban atas kebutuhan pangan bergizi dan terjangkau, terutama bagi keluarga-keluarga di pedesaan.

Namun perjalanan ini tak instan. Dimulai dari lahan hibah yang masih berupa rawa, Pemkab Kukar harus menaklukkan tahapan pematangan lahan, penyusunan desain teknis, pengadaan mesin produksi, hingga melewati belantara perizinan.

“Karena lahannya hibah, kita tidak bisa pilih. Tapi proses sudah jalan, tinggal bagaimana kita kuatkan komitmen dan sinergi,” tegas Sayid.

Lebih dari itu, Sayid ingin proyek ini tidak sekadar selesai, tapi berdampak. Hadirnya pabrik akan membuka rantai manfaat: petani sawit bisa menjual hasilnya dengan harga lebih baik, UMKM kuliner mendapatkan minyak sehat dengan harga terjangkau, dan ratusan lapangan kerja baru tercipta di tengah masyarakat.

Baca juga  Desa Tani Baru Tak Lagi Gelap Gulita, Listrik Komunal Jadi Harapan Warga

Bayangkan, tak ada lagi sawit Kukar yang terbuang sia-sia ke luar daerah. Tak ada lagi harga anjlok karena tidak ada pabrik lokal.

Dan yang lebih penting—tidak ada lagi masyarakat yang kesulitan membeli minyak goreng saat krisis melanda. Kukar akan punya solusinya sendiri. Kukar akan berdiri di atas kekuatannya sendiri.

“Dengan industri ini, kita bukan hanya menjual sawit. Kita menciptakan nilai tambah. Kita kendalikan pasarnya. Kita jaga kebutuhan masyarakat sendiri,” katanya penuh semangat.

Disperindag Kukar juga tak ingin jalan sendiri. Mereka akan berguru langsung ke Deli Serdang, tempat berdirinya pabrik percontohan yang diresmikan Presiden Joko Widodo. Dari sana, Kukar akan belajar, mengadaptasi, lalu menyesuaikan dengan karakter lokal.

Baca juga  Kemarau, Salehuddin Minta Pemda Gelar Operasi Pasar Hadapi Kenaikan Harga Bapok

Tak hanya itu, sinergi dengan Lembaga Minyak Makan Merah Indonesia (LMMMI) dan BPDP Kelapa Sawit juga akan dikembangkan untuk memastikan keberlanjutan proyek.

Namun di balik semua rencana besar ini, Sayid menyadari: kunci keberhasilan adalah keterlibatan semua pihak.

“Ini bukan proyek pemerintah saja. Ini proyek rakyat. Harus jadi gerakan bersama. Dari petani, pelaku UMKM, sampai masyarakat yang kelak akan merasakan manfaatnya.”

Empat tahun dari sekarang, Desa Kelekat tak lagi hanya dikenal karena rawa-rawanya. Tapi sebagai pusat lahirnya tonggak baru industri pangan lokal.

Sebagai saksi sejarah, ketika Kukar memutus ketergantungannya dan mulai menulis kisah barunya: berdikari, dari sawit untuk rakyatnya sendiri. (*)

Bagikan: