FRASA.ID, KUTAI KARTANEGARA– Di tengah meningkatnya kekerasan terhadap perempuan dan anak, harapan itu akhirnya datang. Sebuah saluran pengaduan bernama SAPA 129 kini resmi beroperasi di Kutai Kartanegara.
Hadir bukan sekadar layanan, tapi sebagai sahabat setia bagi mereka yang selama ini terdiam dalam luka dan ketakutan.
Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kukar, bersama Kementerian PPPA, meluncurkan SAPA 129 sebagai tameng pelindung bagi warga, khususnya mereka yang menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga, pelecehan, hingga eksploitasi anak.
“SAPA 129 bukan sekadar nomor, tapi bukti bahwa negara hadir, bahwa setiap suara korban berhak didengar,” tegas Hero Suprayetno, Plt Kepala DP3A Kukar, Kamis (27/3/2025).
Mudah, Cepat, dan Responsif
Cukup dengan menelepon 129 atau mengirim pesan WhatsApp ke 08111-129-129, masyarakat bisa langsung mengakses bantuan.
Layanan ini berjalan 24 jam, didukung oleh tim profesional yang siap menerima laporan, menjangkau korban, hingga memberikan pendampingan hukum dan psikologis.
“Kami ingin setiap korban tahu, bahwa mereka tidak sendiri. Bahwa ada sistem yang siap melindungi dan mendampingi mereka hingga pulih,” ujar Hero dengan suara mantap.
SAPA 129 tidak berjalan setengah hati. Enam standar layanan disiapkan untuk memastikan setiap korban mendapat penanganan maksimal. Mulai dari penampungan sementara, mediasi, hingga pemulihan psikososial.
Namun Hero menegaskan, perjuangan ini tak bisa diserahkan sepenuhnya kepada pemerintah. Perlu tangan-tangan peduli dari seluruh elemen masyarakat: keluarga, sekolah, komunitas, bahkan media.
“Perlindungan adalah tanggung jawab bersama. Jika kita diam saat ada tetangga menangis karena kekerasan, maka kita telah menjadi bagian dari masalah,” ungkapnya lirih.
Untuk Kukar yang Lebih Aman
Sebagai bagian dari visi Kukar Idaman, kehadiran SAPA 129 diharapkan menjadi awal dari sistem perlindungan yang lebih kokoh dan inklusif.
DP3A Kukar berkomitmen untuk terus memperkuat layanan ini, agar tak satu pun korban merasa tak punya tempat berpulang.
“Lewat SAPA 129, kami ingin memastikan bahwa keadilan itu nyata, bahwa penyintas bisa bangkit, dan bahwa tidak ada lagi korban yang disuruh diam,” pungkas Hero dengan mata yang menyiratkan kepedulian mendalam. (*)