Kukar Menuju Sentra Industri Rumput Laut Kalimantan

FRASA.ID, TENGGARONG – Di tengah semilir angin pesisir Muara Badak, sebuah revolusi ekonomi tengah bersiap menggeliat. Pabrik pengolahan rumput laut pertama di Kutai Kartanegara (Kukar) telah berdiri megah dan siap mengubah wajah sektor maritim daerah ini.

Tahun 2025 menjadi penanda babak baru. Bukan lagi hanya penghasil bahan mentah, Kukar kini bersiap menjadi pusat industri olahan rumput laut—melangkah menuju panggung nasional, bahkan global.

“Alhamdulillah, konstruksi 100 persen rampung. Sekarang kami sedang dalam tahap conditioning, menguji kesiapan operasional pabrik,” ujar Plt Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kukar, Sayid Fatullah, Senin (7/4/2025).

Pabrik berkapasitas 20 ton per hari ini bukan sekadar bangunan dan mesin. Ia adalah harapan ribuan petani rumput laut yang selama ini dibelenggu oleh harga pasar yang tak berpihak.

Baca juga  Jumlah Kunjungan Selama Libur Lebaran 2024 Tembus 21 Ribu Wisatawan ke Kukar

Selama bertahun-tahun, hasil panen mereka hanya dihargai sebagai bahan mentah, dijual murah, dan dikirim keluar daerah.

Namun kini, dinamika itu akan berubah. Dari tengkulak ke teknologi. Dari ketergantungan ke kemandirian.

“Dulu petani hanya bisa menunggu harga pasar. Sekarang mereka bisa langsung menjual ke pabrik. Nilai tambahnya tinggi, dan lebih stabil,” tegas Sayid.

Lebih dari sekadar memberi harga layak, pabrik ini juga membuka pintu bagi generasi baru—petani milenial dan pelaku UMKM—untuk masuk ke dunia industri berbasis hasil laut.

Bubuk rumput laut bukan hanya bahan makanan, tapi juga bahan kosmetik, farmasi, hingga produk kesehatan alami.

Peluang ekspor pun terbuka lebar. Dengan kualitas dan kapasitas produksi yang tepat, rumput laut Kukar bisa menembus pasar Eropa, Amerika Serikat, hingga Tiongkok. Sebuah lompatan dari tepian Muara Badak ke peta industri dunia.

Namun, semua harapan ini hanya akan jadi mimpi jika tak dikelola dengan cermat. Sayid tak menutupi bahwa tantangan besar masih menghadang.

“Pasokan bahan baku harus konsisten. Kalau tidak, mesin pabrik tak akan bisa beroperasi penuh. Kita butuh pendampingan, bantuan permodalan, dan bibit unggul bagi petani,” katanya.

Lebih dari itu, pengelolaan pabrik juga harus dilakukan dengan profesionalisme tinggi. Tanpa transparansi dan mitra industri yang kompeten, pabrik berisiko jadi monumen kosong tanpa produksi.

Baca juga  Rendi Solihin Kawal Pembangunan Jalan Desa Ponoragan

Tetapi semangat perubahan sudah menyala. Pemerintah Kabupaten Kukar bersiap mendukung dari hulu ke hilir—dari petani, pembudidaya, hingga UMKM. Karena industri ini bukan hanya tentang ekspor dan angka, tapi tentang kehidupan masyarakat yang berubah.

“Kalau dikelola dengan baik, pabrik ini akan menjadi jantung pertumbuhan ekonomi maritim kita. Kami ingin masyarakat Kukar jadi pelaku utama, bukan sekadar penonton,” tandas Sayid.

Di tengah tantangan dan harapan, pabrik pengolahan rumput laut di Muara Badak berdiri sebagai simbol: bahwa Kukar siap menjemput masa depan. Masa depan yang ditopang oleh laut, digerakkan oleh teknologi, dan dijalankan oleh tangan-tangan anak negeri sendiri. (*)

Bagikan: